Sepertinya membuat replika transformer itu mudah. Cuma kotak-kotak dan segitiga. Tapi kenyataannya beuh... sulit. Fondant yang masih lembek cenderung berubah bentuk. Mana contoh transformer punya dek Dhiya itu bentuknya rumit. Wah, hampir menyerah rasanya. Apalagi ketika transformer yang sudah jadi lama-lama menjadi pendek dan menggembung, whuaaaa .... harusnya tadi aku letakkan secara terlentang sampai keras baru diberdirikan. Nggak yakin deh mau naruh hiasan ini di atas tart yang sudah kututup rapi dengan buttercream. Apalagi setiap kutanya pada Dhiya, bagus nggak? Dhiya menjawab bijaksana : Bagus sih enggak, tapi nggak jelek juga kok! Biasa-biasa aja! Waduh...
Yah, nasi sudah menjadi bubur. Nggak mungkin bikin ulang transformer. Mewarnai fondant dan membentuknya perlu waktu panjang. Terus, gimana dong?
Aha, jadi inget obrolan dengan Tante Ira beberapa hari yang lalu. Inti pesannya sebagai berikut : Umi, kalau mati gaya sama hiasan yang itu-itu aja, bikin backdrop. Yang penting sesuai tema dan pasang foto yang ultah.
Akhirnya, aku copas foto transformer dan foto Thoriq dari FB mamanya yang kebetulan sudah berteman denganku. Berhubung nggak punya kertas foto, ku print di kertas biasa saja lalu kutempel di kertas yang lebih tebal. Untuk mengkilapkan gambar, kututup dengan isolasi lebar seluruh permukaannya secara rapi. Selain foto jadi tahan air, kertasnya jadi mengkilap kan? Lalu kupasang di belakang transformer. Jreng ... jreng ... Mudah-mudahan yang ultah ga kecewa yaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar